Sabtu, 19 Mei 2018

RAMADHAN YANG FENOMENAL

RAMADHAN YANG FENOMENAL

Berbeda dengan bulan2 yang lain, bulan Ramadhan ternyata sangat kaya dimensi. Tidak hanya berdimensi ibadah, Ramadhan juga berdimensi politik, ekonomi, dan kebudayaan.

Ibadah
Bulan Ramadhan adalah bulan ibadah. Namun bukan berarti bulan-bulan lain kosong dari ibadah. Hanya, pada bulan ini intensitas ibadah tinggi dan ada puasa wajib yang tidak ada pada bulan- lain. Selain itu, pada bulan ramadhan terdapat ibadah2 sunat yang sangat dianjurkan Nabi, misalnya shalat malam, qiraah alquran dan sedekah.

Politik.
Di negara kita, Ramadhan ternyata mempengaruhi kebijakan pilitik pemerintahan kita. Seperti penataan jam kerja pegawai baik pemerintah, begitu juga swasta, jaminan akan kecukupan sembako selama Ramadhan, jaminan bahwa tidak akan ada pemadaman listrik selama Ramadhan, dan tersedianya tranportasi mudik lebaran, dan penyediaan tunjangan hari raya oleh pemerintah dan perusahaan2 swasta. Begitu juga dengan prilaku politik para politisi kita. Selama Ramadhan biasanya tampak lebih alim dan lebih santun.

Ekonomi.
Mungkin agak berbanding terbalik dengan anggapan sementara kita bahwa pada bulan Ramadhan akan terjadi perlambatan putaran roda ekonomi mengingat orang tidak makan dan minum di siang hari, dan intensitas kerja pun tidak tinggi bulan2 yang lain. Namun, ternyata pasar, industri, dan roda ekonomi secara umum bergerak kencang menjelang dan selama Ramadhan. Tidak jarang terjadi, dengan satu bulan ramadhan bisa menutupi ketekoran selama satu tahun sebelumnya. Hal ini merupakan fonomena yg sangat menarik untuk dicermati dan diperhitungkan oleh pelaku ekonomi.

Kebudayaan.
Dari banyak dimensi Ramadhan, dalam kacamata agama yg paling dapat disandingkan adalah dimensi ibadah dan dimensi budaya. Sahur, puasa, berbuka, dan taraweh adalah dimensi ibadah Ramadhan. Akan tetapi buka bersama, wirid pengajian, mudik setelah Ramadhan untuk berhari raya adalah bagian dari kebudayaan.

Dalam kaca mata agama, ibadah adalah primer dan kebudayaan adalah sekunder. Karena itu, yang primer mesti menjadi prioritas sedangkan yg sekunder tetap pada sekundernya. Jagan sampai yg sekunder dijadikan primer dan sekunder menjadi peimer.
Marhaban Ya Ramadhan
17.05.2017


EmoticonEmoticon