Minggu, 20 Mei 2018

BELUM ADA JUDUL

BELUM ADA JUDUL

Dosa pertama yang dibuat oleh manusia sebenarnya bukan kejahatan pembunuhan sebagaimana yang dilakukan Qabil terhadap saudaranya, Habil. Melainkan, “korupsi” yang dilakukan oleh ayah mereka, Adam as, di surga. Karena, tak lama setelah Adam as diciptakan dan dinobatkan oleh Allah sebagai raja (khalifah) di muka bumi, Allah berikan kepadanya semua fasilitas yang dibutuhkannya. Kata Allah dalam firman-Nya, “Wahai Adam, tinggallah kamu dengan permaisurimu di Istana (jannah) ini. Silahkan engkau nikmati semua makanan (fasilitas) yang ada sesuka hati mu. Tapi, jangan engkau dekati pohon yang satu ini. Nanti engkau menjadi orang pesakitan (zhalim). Q.S. al-Baqarah: 35 Akan tetapi, Adam as kemudian melanggar titah Tuhannya. Adalah Syeitan yang mempengaruhi dan memperdayainya agar melakukan tindakan-tindakan “koruptif”. Kata Syeitan kepada Adam as, “Rab mu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon tersebut, agar kamu tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi kekal (di dalam syurga). Q.S. Al-A’raf: 20).

Demikian Syeitan menggoda Adam as dan Isterinya, Hawa. Dan bukan syeitan namanya kalau dia berhenti sebelum yang digodanya terpedaya. Dia yakinkan keduanya, “ Syetan bersumpah kepada keduanya, sesungguhnya aku ini benar-benar penasehat mu. (Q.S. al-A’raf: 21). Puncaknya, syetan betul-betul menunjukan kepada keduanya apa yang dimaksudkannya, “Hai Adam maukah kamu aku tunjukkah kepada mu pohon keabadian (syajarata khuld) dan kerajaan yang tidak akan binasa (Q.S. Thaha:120). Karena begitu kuatnya pengaruh dari syetan tersebut, Adam pun akhirnya jatuh juga, “lalu syeitan pun memeprdaya keduanya. Sehingga, keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya berada di sana….(Q.S. al-Baqarah:36). Adam as lupa bahwa Rabnya tak pernah mengatakan bahwa dia berkuasa hanya untuk periode-periode tertentu, 5 atau 10 tahun saja.

Kalau saja Adam dapat menjaga integritas dirinya dengan mentaati peraturan atau undang-undang yang dibuat Rabnya, kalau saja Adam bisa sedikit saja menahan diri untuk tidak mengambil yang bukan haknya, Adam tentu akan tetap langgeng dalam kekuasaannya. Tapi, apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur.

Kita adalah anak cucu Adam. Sebagaimana kakek kita Adam as, kita pun akan dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang kurang lebih sama dengan yang dihadapinya. Persoalan kekuasaan dan persoalan duniawiyah pada umumnya. Kita pun akan mudah terperosok ke dalam tindakan-tindakan “koruptif”, sebagaimana yang dulu terjadi pada Adam as. Apalagi, selain iman kita tak sekuat iman Nabi Adam as, syetan yang dulu berhasil memperdaya kakek kita, Adam as, sekarang masih hidup. Karena, mereka pernah minta ditangguhkan kematiannya kepada Allah dan Allah pun mengabulkannya.

Agar kita tidak terperosok ke lubang yang sama. Tentu saja kita mesti menghindari sebab-sebab kejatuhan Adam as tersebut. Dari kisah tadi, tampak bahwa adam lupa akan larangan Allah kepadanya untuk tidak mendekati pohon khuldi. Hingga, ia kehilangan integritasnya. Adam juga lupa bahwa Allah telah memberinya segala-galanya, kekuasaan dengan segala fasisitasnya. Hingga, ia terjebak ke dalam tindakan “koruptif”. Untuk dua persoalan tersebut tampaknya puasa adalah cara yang terbaik yang dapat kita lakukan. Karena, puasa pada dasarnya adalah ajaran tentang kepatuhan dan ketaatan kepada Sang Khaliq. Orang yang puasa, tak ada yang mau makan, minum, dan bergaul suami isteri di siang hari, meskipun tak ada orang yang melihat atau yang mengetahuinya. Karena, ia tau bahwa hal itu, menurut ajaran Rabnya, akan membatalkan puasanya. Puasa juga mengajarkan kita untuk bisa sabar dan menahan diri. Tak ada orang yang berpuasa, kemudian berbuka sebelum masuk waktunya. Semuanya sabar menunggu datangnya waktu berbuka. Begitu juga, orang-orang yang berpuasa itu tahu bahwa hak-haknya untuk makan dan minum serta bergaul suami isteri hanyalah malam hari. Tak ada yang berusaha melampauwi hak-haknya tersebut sampai terbit fajar atau siang hari. Karena ia tau bahwa itu akan membatalkan puasanya.

Wallahu a’lam
Ramadhan pertama 1439 H


EmoticonEmoticon