Minggu, 20 Mei 2018

SANG JUARA

SANG JUARA
Assalamu'alaikum ww

Pak, saya dengar pengajian tadi bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa. Kemudian, dikatakan pula bahwa ketaqwaan itu dapat dicapai dengan puasa selama satu bulan. Pertanyaan saya, apakah mungkin itu pak, hanya satu bulan bisa menjadi manusia yang paling mulia.

Saya juga berfikir seperti itu. Untuk mencapai gelar akademik saja, yang sejatinya tidak dapat dijadikan standar kemuliaan seseorang, baru dapat dicapai setelah kuliah bertahun-tahun. Sementara, untuk mencapai kemuliaan sejati, taqwa, hanya butuh waktu 29 atau 30 hari. Ini tentu sesuatu yang tidak mudah untuk memahaminya.
Nah, itu masalahnya pak. Bagaimana mungkin peringkat atau kemuliaan tertinggi dalam kehidupan manusia, dapat dicapai dengan waktu yang sependek itu.

Iya, saya yakin tidak banyak orang yang bisa mencapainya. Hanya, orang-orang yang betul-betul berpuasa saja yang akan bisa mencapainya. Dalam bahasa Nabi SAW dikatakan, imanan wa ihtisaban, penuh percaya kepada Allah dan penuh perhitungan kepada diri sendiri (introspeksi), sajalah yang dapat mencapainya. Sebaliknya, orang-orang yang berpuasa tidak dilandasi dengan imanan wahtisaban tersebut, pasti tak akan mendapatinya. Mereka itulah barangkali yang dikatakan oleh Nabi SAW sebagai orang yang tak mendapatkan apa2 dari puasanya, kecuali ju' wal 'atays, lapar dan haus.

Kalau begitu, seperti apa prakteknya pak.
Ada ulama yang mengatakan bahwa paling tidak ada tiga tahap puasa yang harus dilewati. Pertama, tahap adaptasi. Puasa badaniyah namanya. Ini dilakukan 10 hari pertama. Dimana badan kita memasuki tahap2 adabtasi. Bila sebelumnya makan dan minum di siang hari, saat puasa tidak bisa lagi. Begitu juga dengan tidur yang cukup sebelumnya, saat puasa tidak cukup lagi. 

Kedua, tahap dimana badan sudah mulai terbiasa dengan keadaan baru. Tak makan dan minum di siang hari dan tak banyak tidur di malam hari. Berpuasa dan qiyamu lail tidak lagi terasa berat. Puasa pada tahap ini disebut puasa nafsiyah. Ini terjadi pada 10 hari kedua. 

Ketiga, tahap dimana raga dan jiwa sudah menyatu dengan puasa yang dikerjakan. Puasa pada tahap ini disebut sebagai puasa ruhiyah. Ini terjadi padae10 hari terakhir. Hari-hari yang merupakan puncak dari ibadah puasa. Di tahap ini ibadah puasa terasa makin syahdu dengan intensitas ibadah yang sangat tinggi. Nabi SAW mengajarkan pada tahap puncak ini dengan banyak beriktikaf.

Kalau begitu, semuanya harus dijalani secara baik ya pak.
Iyalah. Cuma sayangnya masyarakat kita kebanyakannya berhenti di tahap kedua bahkan ada yang sudah berhenti di tahap yang pertama. Hingga, kita dapati makin ke ujung, makin kurang saja yang melaksanakan qiyamu lail. Sangat kontras dengan di Makkah dan di Madinah. Kabarnya di kedua kota haram itu, justeru makin ke ujung makin ramai. Di penghujung Ramadhan itu, sudah sulit kita mencari tempat shalat karena begitu ramainya orang di sana.

Sedih juga kita kadang2 melihat bagaimana masyarakat kita mengamalkan ibadah puasa itu ya pak.
Iya, mudah2an saja mulai saat ini, hal yang semacam itu tidak terjadi lagi. Hingga, akhir Ramadhan jamaah qiyamullail tetap ramai.

Mudah2an saja pak.
Sudah cukup dulu itu pak, sudah ngantuk pula wak pak. Terima kasih pak. Wassalamu'alaikum.

Wa'alaikum salam.
Tks
Oya, judul sebenarnya TAQWA, hehe


EmoticonEmoticon