”KIDS ZAMAN NOW”
Anak adalah milik jamannya. Jaman sekarang adalah jaman teknologi. Karena itu, anak-anak yang ada sekarang adalah milik teknologi. Berbeda dengan anak jaman dahulu, jaman di mana teknologi belum semaju sekarang ini. Anak jaman teknologi jajanannya tidak lagi makanan, melainkan kuota internet. Guru mereka tidak lagi bapak/ibu guru yang berada di depan kelas, melainkan mbah google. Mereka tidak lagi hidup di alam nyata, melainkan di dunia maya di bawah bayang-bayang signal internet.
Pada satu sisi teknologi memang dapat memberikan banyak kemudahan bagi anak-anak jaman now. Mereka, antara lain, dapat happy happy dengan bermacam macam game dan medsos yang dimilikinya. Mereka dapat mengakses informasi secara lebih luas dan lebih mudah. Namun, di sisi lain teknologi juga memberikan ancaman yang tidak ringan bagi anak-anak jaman now ini. Ancaman yang paling berat adalah hilangnya nilai kemanusiaan dan solidaritas nyata, yang ada hanya solidaritas semu. Karena, bagaimana pun teknologi itu tidak punya jiwa dan tak punya rasa solidaritas. Hingga, kawan sakit dan kawan meninggal pun yang sampai hanya do’a dan karangan bunga, itu pun hanya di dinding medsos.
Hingga, kita orang tua perlu berpikir, seperti apa kira-kira kids zaman now ini tumorow. Karena seperti kata Ali Bin Abi Thalib karamallahu wajhahu, “ Syubbanu al-yaum, rijalun ghadn,” anak muda hari ini adalah pemimpin hari esok".
Akankah nanti mereka akan mampu menjadi pemimpin yang baik. Pemimpin yang punya jiwa. Pemimpin yang punya rasa solidaritas dan kasih sayang. Pemimpin yang mampu menjadikan teknologi sebagai sarana untuk mensejahterakan rakyatnya. Atau justeru menjadi pemimpin yang tak punya jiwa dan rasa solidaritas serta budak teknologi.
Di sinilah sebenarnya peran orang tua sangat dituntut. Mengendalikan dan mengarahkan kids zaman now ke arah yang benar. Membuat jarak yang tepat antara anak dan teknologi, memupuk kemanusiaannya, membimbing agamanya. Sebaliknya, tidak membiarkan mereka tenggelam dalam derasnya arus teknologi komunikasi saat ini.
Wallahu a’lam
===========
Pascasarjana, IAIN Bukittinggi, Minggu, 12.11.2017
EmoticonEmoticon