Sabtu, 19 Mei 2018

RESPON MUHAMMADIYAH ATAS MODERNITAS.

RESPON MUHAMMADIYAH ATAS MODERNITAS

(Catatan kecil dari peresmian pembangunan Masjid Taqwa Muhammadiyah Padang Panjang, Jumat, 10.3.2017).
Muhammadiyah sering disebut sebagai ormas islam moderen. Disebut demikian, karena ormas ini memiliki kecenderungan menerima kemoderenan. Namun, dalam merespon kemoderenan tersebut, Muhammadiyah menempuh jalan tajrid (pemurnian) dan tajdid (pembaruan). Terhadap ajaran-ajaran pokok seperti aqidah dan Ibadah2 mahdhah, Muhammadiyah mengambil jalan tajrid atau pemurnian. Artinya, dalam masalah2 ini, tidak boleh ada tahayul, khurafat, dan bidah. Itu sebabnya, Muhammadiyah senantiasa berusaha membebaskan dirinya dari tradisi-tradisi yg ditinggalkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia masa lalu yg diduga kuat memuat unsur tahayul, khurafat, dan bidah. Begitu juga dengan tradisi-tradisi atau faham-faham baru seperti materialisme dan liberalisme.

Di luar dari yang berkenaan dengan pokok ajaran seperti yg dikemukakan di atas, yakni bidang muamalah, Muhammadiyah mengambil langkah tajdid atau pembaharuan. Dalam bidang ini oleh Muhammadiyah, bid'ah bukan saja dibolehkan, bahkan disuruh. Itu sebabnya Muhammadiyah tidak anti terhadap perkembangan saint dan teknologi. Ilmu hisab dan teropong bintang misalnya, yg notabene merupakan bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, diterima oleh Muhammadiyah. Begitu juga, dengan perkembangan transaksi ekonomi moderen. Muhammadiyah dalam bidang ini__selama tidak bertentangan dengan ajaran dasar islam, misalnya ekonomi harus bebas dari unsur mazlum, riba, dan gharar, bukan saja menerima, bahkan ikut terlibat di dalamnya. Sebagai bukti adalah banyaknya bank-bank tanpa bunga/bank syariah yg dimiliki oleh Muhammadiyah.

Rencana pembangunan Masjid Taqwa Muhammadiyah Padang Panjang yang oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Pd. Panjang dikonstruk sebagai tempat shalat, sentra bisnis, dan perkantoran saya kira berada di ranah tajdid ini. Hal ini merupakan langkah maju Muhammadiyah dalam merespon perkembangan dunia moderen. Karena, tanpa begitu masjid akan sepi dengan kegiatan disebabkan tidak mampu membiayai dirinya.

Pilihan Muhammadiyah untuk merespon modernitas dengan jalan tajrid dan tajdid ini dapat juga disebut sebagai jalan tengah atau moderat. Langkah semacam ini dalam literatur keagamaan Islam disebut sebagai wasathiyah. Hanya saja, tetap dibutuhkan pemahaman yg benar terhadap kedua hal tersebut. Karena, kalau dipahami terbalik misalnya terhadap yg seharusnya tajrid dilakukan tajdid, atau sebaliknya terhadap sesuatu yg seharusnya tajdid dilakukan tajrid, akan menjadikan Muhammadiyah keluar dari track nya.

========
Bukittinggi, 12.3.2017


EmoticonEmoticon