SULITNYA MEMIMPIN ORANG MINANG
Masyarakat Minangkabau termasuk masyarakat yang kritis dan tidak mudah diatur. Mungkin sifat egaliteriannya yang membuat mereka demikian. Karena, dalam masyarakat egalitarian seperti Minangkabau, pemimpin hanya ditinggikan seranting dan didahulukan selangkah. Antara pemimpin dengan rakyatnya nyaris tidak ada jarak sedikit pun.
Akan halnya dengan rakyat yang dipimpinnya, mereka merupakan masyarakat yang duduk sama rendah, tegak sama tinggi antara satu sama lainnya. Artinya tidak ada kelas-kelas sosial di dalamnya, semuanya sama. Namun demikian, mereka bukanlah masyarakat yang mudah untuk diatur dan dikendalikan sebagaimana dalam pepatah adat dikatakan,
" Katiko tahimpik, nak di ateh,
Takuruang nak di lua,
Bajalan baduo nak di tangah,
Bajalan surang nak di muko".
Takuruang nak di lua,
Bajalan baduo nak di tangah,
Bajalan surang nak di muko".
(Ketika terhimpit, hendak di atas,
Terkurung hendak di luar,
Berjalan berdua hendak di tengah,
Berjalan sendiri hendak di muka".
Terkurung hendak di luar,
Berjalan berdua hendak di tengah,
Berjalan sendiri hendak di muka".
Pepatah adat di atas tidak mengandung arti pengingkaran atau pembangkangan, melainkan menunjukkan kecerdikan mereka dalam memposisikan diri. Akan tetapi, ada juga sebagian kalngan yang memaknai pepatah tersebut sebagai "kegaliran" orang Minang.
Begitu sulitnya memimpin orang minang, ada orang yang mengatakan bahwa kalau sudah bisa memimpin orang Minangkabau, memimpin orang lain tidak sulit lagi.
Wallahu a'lam.
Wallahu a'lam.
============
Pascasarjana IAIN Bukittinggi, 30.10.2017
Pascasarjana IAIN Bukittinggi, 30.10.2017
EmoticonEmoticon