SI KANCIL ITU II

SI KANCIL ITU II

Tak lama setelah tersiar kabar bahwa kancil terperosok masuk jurang, orang ramai menggunjingkannya. Ada yang percaya, tapi lebih banyak yang tidak. Meski kakinya patah berbalut perban, orang-orang tetap meragukannya. Sudah susah anak buah kancil meyakinkan orang banyak bahwa kaki bosnya betul betul patah, orang tetap tak percaya. Di antara orang yang paling tak percaya adalah pak tani. Sebab, tidak kali ini saja pak tani dibohonginya. Jauh sebelum peristiwa ini, pak tani juga sudah berkali-kali ditipunya. Pernah suatu ketika pak tani berhasil menangkapnya. Akan tetapi ia kemudian pura-mati. Ketika pak tani membuangnya ke semak-semak di belakang rumahnya, sang kancil bangun dan langsung melarikan diri. Adapun yang membuat hati pak tani sakit, bukan hanya karena kancil berhasil meloloskan diri darinya, melainkan mendengar kabar bahwa kancil tertawa terbahak-bahak dengan teman2nya karena berhasil membohongi pak tani. Bahkan tidak itu saja, kancil sempat juga mengolok-olok pak tani dan mengatakan bahwa pak tani itu adalah orang bodoh. Begitu juga dengan orang-orang yang bekerja untuknya.

Entah karena sangat marah atau karena tak mau lagi ditipu oleh kancil, meski kancil sakit pak tani tetap memangkapnya. Hanya saja, karena pak tani terikat dengan aturan main yang dibuatnya sendiri bahwa orang sakit tidak boleh diproses, mau tak mau pak tani mesti menunggu kancil sehat terlebih dahulu.

Entah apa pula yang ada dalam pikiran kancil setelah pak tani menyatakan bahwa ia telah tertangkap. Tidak mudah menebak akal licin sang kancil. Orang-orang banyak yang berspekulasi jangan2 kancil akan pergi ke negeri seberang untuk mengobati patah dan lukanya. Konon kabarnya kancil sudah mendengar bahwa di negeri tersebut ada tukang urut yang hebat. Banyak orang orang patah yang berhasil diobatinya.
Ada juga yang berspekulasi bahwa kancil hanya pura2 sakit. Ia sebenarnya ingin mengulur waktu saja. Siapa tau suatu saat nanti, akan ada celah untuk berkelit.

Aia gadang puntuang hanyuik.
Bersambung.
===============
Cingkariang Banuhampu, 19.11.2017