Selasa, 08 Mei 2018

APA KABAR ‘NKU

APA KABAR ‘NKU

(Dialog Imajiner Angku Rumah Panjang dengan Kawannya dari Medan)
'Nku, Ku tengok ‘Nku bejenggot sekarang. Seingatku, dulu waktu kuliah S2 dan S3 tak benjenggot, malah berkumis.

Iya, tapi kurasa lebih ganteng aku berjenggot dari berkumis. Apalagi berjenggot ini kan sunnah. Kata Nabi kita “Potong pendeklah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.” (HR. Muslim)
Jadi, baru tahu ‘Nku kalau bejenggot itu sunnah?

Tidak. Dulu jenggotku belum sebagus sekarang. Hingga, kalau ku biarkan tumbuh, tak ganteng aku. Kau kan tahu Nabi kita tak suka pula melihat orang yang tampil tidak smart. Bahkan kata beliau, "Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan.

O begitu. Itu sebabnya ‘Nku baru sekarang bejenggot.
Oya ‘Nku, kalau boleh tahu, isteri ‘Nku becadar ?

Tidak. Dia hanya pakai jilbab biasa. Mirip pakaian bundo kanduang di sini lah, berbaju kuruang dan berjilbab agak panjang menutup dada.

Tapi, itu kan sunnah juga ‘Nku?
Iya, ada ulama yang berpendapat begitu. Tapi, aku cenderung kepada ulama yang mengatakan bahwa cadar itu hanyalah budaya Arab, bukan Sunnah.
Tapi, isteri-isteri Nabi memakainya, ‘Nku?
Iya, Isteri-isteri Nabi kan orang Arab.
Nku, kata orang Nabi kita sangat mencintai isteri-isterinya.
Iyalah. Bahkan Nabi itu adalah orang yang paling cinta kepada keluarganya.
Ndak, maksudku, Nabi itu sangat menyukai isterinya memakai cadar.

Dari mana kau tahu? Sepengetahuan ku, tak ada hadis-hadis yang menceritakan bahwa Nabi SAW pernah memuji isterinya karena memakai cadar. Yang ada itu, Nabi SAW memuji wajah isterinya, Aisyah, yang kemerah-merahan, “Ya Humaira/ wahai si pipi merah, kata beliau.

Tapi, ‘Nku.
Tapi tapi, apa lagi. Banyak kali tapi kau dari tadi.
Tapi, berarti Nku anti sunnah dan anti syari’at Islam kalau begitu?
Ah, macam mana kau ini. Kalau aku benci sunnah, tak mungkinlah aku memelihara jenggotku ini. Ku pelihara jenggot ini, bukan semata-mata aku ingin tampak makin ganteng (hehe Ge Er), tapi karena aku cinta sunnah.

O begitu. Maaf ya ‘Nku. Aku terlalu lancang kepada ‘Nku.
Iya, tak apa. Aku bisa memahami kau. Banyak-banyak belajar ya.
Iya ‘Nku.
Oya ‘Nku, Besok aku mau pulang ke Medan. Ada sikit uang untuk nambah ongkos ku, ‘Nku.
Ha ha ha. Ini aku yang suka dari kau, terus terang. Ini ada uang ku 200rb. Pakai ALS saja lah kau pulang ya. Jangan pakai pesawat pula. Tak cukup uang mu itu.
Ya Nku, terima kasih.
Assalamu’alaikum.
Wa’alaikum salam ww.


EmoticonEmoticon