ASSALAMU'ALAIKUM PAK
Pak, kutengok dialog imajiner bapak semalam, mantap kali pak. Tapi pak, biasanya orang-orang berjenggot kayak bapak ni, celananya jingkrak pak. Sedangkan bapak ku tengok biasa saja nya celananya.
Samanya dengan jawaban ku kemaren. Tak cantik ku tengok pakai celana gantung itu. Bapak kau ni selain dosen, kan pejabat juga. Setiap hari pakai sepatu pantofel, mengkilat pula lagi. Kalau dikombinasikan dengan celana gantung, tak sedap dipandang. Risih aku memakainya.
Tapi pak, orang lain ku tengok makin panjang jenggotnya, makin pendek celananya, hehe?
Ah, jangan ngejek kau. Biari ajalah orang itu. Yang jelas aku lebih suka tampil seperti ini.
Pak, boleh aku nanya pak. Menampakkan mata kaki ini bagaimana sebenarnya pak. Katanya, Nabi kita pernah mengecam orang-orang yang menjulurkan pakaiannya ke lantai atau isbal itu.
Iya, kata Nabi, "Hendaklah kamu menjauhi isbal dalam berpakaian. Karena, isbal itu adalah kesombongan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong. H.R. Abu Daud. Tapi, kalau diperhatikan hadis tersebut tampak bahwa larangan tersebut tersebab ada kesombongan di situ. Dalam usul fiqh, alasan hukum itu illat namanya. Karena, kabarnya dulu pakaian yang menyapu lantai itu lambang kesombongan dan kecongkakkan orang-orang Arab. Sementara agama kita tak suka dengan orang2 yang sombong dan membanggakan diri. Maka, selama illat hukumnya tidak ada, hukumnya juga tidak ada. Dalam ilmu Ushul ada kaedah, "al-hukmu yaduuru ma'a al-'illah, wujuudan wa 'adaman/hukum itu berkisar di sekitar illat, ada dan tidaknya.
Jadi, ada illat hukumnya ya pak.
Tapi pak, waktu kuliah dulu bapak bilang, "perintah dan larangan itu harus dikerjakan tanpa perlu mengkaji illat hukumnya. Kata bapak itu ta'abbudiy namanya.
Tapi pak, waktu kuliah dulu bapak bilang, "perintah dan larangan itu harus dikerjakan tanpa perlu mengkaji illat hukumnya. Kata bapak itu ta'abbudiy namanya.
Ah, berapa nilai Ushul fiqh mu dulu. Belum begitu paham kau tampaknya dengan Ushul fiqh ini.
Bagusnya nilai ku pak, A bapak kasih dulu.
O ya!
Sudah salah aku ngasih mu nilai A dulu tuh. B pantasnya ku beri. Tapi, tak apa lah hitung-hitung sedekah ku untuk mu.
Sudah salah aku ngasih mu nilai A dulu tuh. B pantasnya ku beri. Tapi, tak apa lah hitung-hitung sedekah ku untuk mu.
Adapun yang ta'abbudiy itu, hanya hal-hal yang berhubungan dengan ibadah mahdhah atau yang jelas2 teks pengharamannya. Contoh ibadah misalnya masalah shalat, puasa, haji. Untuk masalah tersebut, tak perlu pula dicari illatnya kenapa shalat mesti lima kali sehari semalam. Kenapa subuh dua raka'at, zhuhur, ashar, dan isya empat rakaat. Sedangkan magrib tiga rakaat. Begitu juga dengan puasa, tak perlu pula kau cari tahu, kenapa bulan Ramadhan, dan haji kenapa ke Mekah, tidak ke Yarussalem atau ke India sana. Tentang yang sudah jelas teks keharamannya contohnya keharaman makan daging babi dan keharaman zina. Tak perlu kau diskusikan pula illat hukumnya. Karena teks ayatnya jelas menyebutkan keharaman keduanya. Tapi, kalau hal-hal yang berhubungan dengan akhlak, apalagi berhubungan pula dengan kebiasaan setempat, itu boleh dicari alasan logis hukumnya. Contohnyo masalah Isbal tadi.
Tapi pak, itu kan tetap baik untuk dilakukan.
Iya. Aku kan tak mengatakannya buruk. Dosen kau dulu, ustadz Akhi Andrialdi dan pak Edi Rosman, kan memakainya. Aku saja yang merasa tak sedap memakainya. Ingat Mr. Bean aku dibuatnya, Hehehe. Menurut ku memakai pakaian dengan mata kaki terbuka itu cocok bila kita pakai jubah, baju gamis, atau sarung. Karena, pendek-pendek sikit, tetap saja cantik kelihatannya. Aku kalau pakai sarung, jubah, atau pakai gamis, ku tampakkan juga mata kaki kunya. Tapi, kalau pakai bintalon, tahu kau bintalon? Bintalon itu, celana panjang. Orang kampung ku menyebutnya sarawa dalam, bukan celana dalam ya, haha, ku tetap memakai sebagaimana biasanya, panjang dan menutup mata kaki.
Jadi pak, tak perlu dipermasalahkan tampaknya ya pak, berjenggot tapi tetap memakai celana panjang biasa.
Iya, tak perlu dimasalahkan. Pandang saja itu sebagai khasanah Islam. Di Makkah ku tengok saudara-saudara kita dari Turkey, mantap-mantap pakaiannya. Pakai bintalon/celana panjang, jas, lengkap dengan dasinya. Saudara-saudara kita dari negara2 Arab, tak kalah pula mantapnya dengan jubahnya. Kita-kita dari Indonesia, mantap-mantap pula. Ada yang meniru orang Arab, ada pula yang seperti orang Turkey, dan ada pula yang seperti orang kampung asli.
Mantap juga diskusi dengan bapak. Mau nya aku kuliah lagi dengan bapak.
Mendaftar lah kau ke S2. Bisa kuliah Ushul fiqh kembali secara lebih mendalam. Tapi, tidak dengan aku lagi. Dengan pak Doktor Busyro. Ushul fiqhnya lebih dalam dari ku. Kalau kuliah Hukum Keluarga di Berbagai Negara Muslim, baru dengan ku.
Iya pak, mau nya aku kuliah S2. Tapi, biayanya ini aku yang susah pak. Bisa bapak membantu bayar sebagiannya pak. Bapak kan Direkturnya.
Haha, ini yang aku khawatirkan tadi menyuruh mu S2. Tapi, aku ada saran, kau cari saja bini yang bapaknya kaya. Kau bujuk dia agar bisa membayarkan uang kuliah mu. Kata Nabi kan begitu, "perempuan itu dinikahi karena empat perkara; hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Utamakan lah karena agamanya, niscaya kamu bahagia. HR. Bukhari dan Muslim.
Haha, iya pula ya pak. Tapi, aku tak mau pak. Biar ku cari saja uang sendiri pak. Aku bisa juganya ceramah pak. Sebentar lagi kan Ramadhan, dan jadwal ceramah ku sudah hampir penuh. Bisalah itu ku pakai untuk mendaftar S2.
'aaa, baguslah itu. Sudah lah ya. Aku siap-siap pula ngajar dulu ya.
Iya pak, aku pulang dulu ya pak.
Assalamu'alaikum.
Assalamu'alaikum.
Wa'alaikum salam ww.
EmoticonEmoticon